POLA PEMBELAJARAN SEKOLAH MINGGU BUDDHA DI WIHARA DHAMMA PAÑÑA TEMANGGUNG

Penulis

  • Rusmiyati Rusmiyati Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra
  • Setyaningsih Setyaningsih SMA Negeri 1 Magelang, Jawa Tengah, Indonesia
  • Parsiyono Parsiyono Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra, Semarang, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.58762/jupen.v13i1.45

Kata Kunci:

Pola Pembelajaran, Sekolah Minggu Buddha, Pola Pembelajaran, Sekolah Minggu Buddhis, Guru, Pendidikan Agama Buddha

Abstrak

Belajar sangat berperan penting bagi keberhasilan seseorang dalam mencapai perubahan, hal ini berkaitan dengan cara mengajar guru. Cara mengajar guru berkaitan dengan penggunaan metode yang kurang bervariasi dan akan berpengaruh pada siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pembelajaran sekolah minggu Buddha di Wihara Dhamma Pañña Krajan Kalimanggis Kaloran Temanggung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Subjek dari penlitian ini adalah ketua wihara, guru pembimbing, orang tua, dan siswa. Objek yang digunakan adalah pola pembelajaran. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Keabsahan data yang diperoleh melalui pengamatan terus-menerus, triangulasi, dan member check. Teknik analisis data menggunakan metode Milles and Huberman yang meliputi pengumpulan data (data collection), reduksi data (data  reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data (conclusion drawing verification). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui sebagai berikut: (a) pola pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah pola pembelajaran guru dan media yaitu ada tujuan, pentapan isi dan metode, guru, media dan siswa; (b) peran guru pembimbing dalam kegiatan sekolah minggu yaitu sebagai pendidik (guru sebagai teladan memberikan contoh tindakan nyata seperti ber-namaskara), sebagai pengajar  (guru memberikan kebebasan kepada siswa yaitu ketika guru memberikan tugas dan siswa belum menyelesaikannya maka tidak boleh bermain antarteman), fasilitator (guru mengkondisikan pembelajaran berpusat pada siswa), motivator (guru menilai hasil kerja siswa); (c) dampak kegiatan sekolah minggu pada ranah kognitif (daya ingat siswa meningkat), afektif (muncul sikap kerja sama, kesabaran, dan percaya diri), psikomotor (meningkatkan kreativitas dalam hal menggambar, mewarnai, dan pembuatan bunga dari kertas lipat.

 

Referensi

Barry Morris. (1963). Belajar dan Pembeljaran.Jakarta: Rineka Cipta. Creswell, John W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Terjemahan(Achmad Fawaid). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Depdiknas .(2008). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Buddha. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.

Diterbitkan

2020-02-29

Cara Mengutip

Rusmiyati, R., Setyaningsih, S., & Parsiyono, P. (2020). POLA PEMBELAJARAN SEKOLAH MINGGU BUDDHA DI WIHARA DHAMMA PAÑÑA TEMANGGUNG. Jurnal Pencerahan, 13(1), 38–51. https://doi.org/10.58762/jupen.v13i1.45

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama

1 2 > >> 

Artikel Serupa

<< < 1 2 3 4 5 6 7 > >> 

Anda juga bisa Mulai pencarian similarity tingkat lanjut untuk artikel ini.